Key points:
|
Faxtorians pasti tidak asing dengan istilah MBTI. Seperti yang sering kali kita lihat atau bahkan kita bahas bersama teman-teman sekitar kita, atau sekedar menanyakan “Eh, MBTI kamu apa deh?” Tak jarang juga kebanyakan dari kita secara tidak sadar mengkotak-kotakkan seseorang berdasarkan MBTI-nya. Lalu, apakah tes-tes MBTI yang beredar valid dan reliabel? Apakah tes MBTI sudah cukup untuk menggambarkan kepribadian kita? Yuk kita bahas lebih lanjut! Apa itu MBTI? MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator berdasarkan teori Carl Jung (Jung, 1921/1971). Jung mengatakan bahwa kepribadian seseorang dibagi menjadi “introvert vs extrovert,” dan membagi kepribadian berdasarkan fungsinya; “Intuition vs sensing” dan “feelings vs thinking.” Lalu teori Jung ini dilanjutkan oleh Katharine Cook Briggs dan anaknya Isabel Briggs Myers. Katharine dan Isabel menambahkan dimensi keempat terhadap teori jung yaitu “judging vs perceiving (Quenk, 2009).
Dari keempat dimensi ini, akan digabungkan menjadi satu dan hal tersebut yang akan dijadikan gambaran kepribadian kita. Seperti contohnya: INTJ, ISFJ, ISTJ, ENTJ, ENFP, dan lain sebagainya. Setiap gabungan kode kepribadian tersebut menggambarkan kecenderungan perilaku, sikap, dan juga gaya pengambilan keputusan seseorang. MBTI sendiri merupakan tipe kepribadian berdasarkan tipologi yang dimana MBTI ini membagi manusia menjadi beberapa bagian seperti yang sudah disebutkan di atas ada beberapa dimensi; Introvert vs Extrovert, Intuition vs Sensing, Feeling vs Thinking, dan Judging vs Perceiving. Namun, pada kenyataannya kepribadian manusia tidak dapat dikotak-kotakkan dalam beberapa dimensi dikarenakan kepribadian manusia dapat berkembang, berubah. Kepribadian manusia dapat dibilang cukup kompleks dan juga berdinamika. MBTI dan Barnum effect Apakah Faxtorians tahu, pada tes kepribadian seperti MBTI juga dapat menimbulkan barnum effect (Tyson 1982a,b). Individu memiliki tendensi mempercayai deskripsi kepribadian hasil dari tes personality, walaupun deskripsi yang dibuat sangat general dan sebenarnya dapat mendekripsi semua orang. Hal ini dikenal juga sebagai Barnum effect. Informasi dari karakteristik juga memegang peran dalam menimbulkan barnum effect (Mosher, 1965; Halperin et al., 1967). Seperti contohnya seseorang yang memiliki MBTI ENFP dideskripsikan seseorang yang ramah, penuh energi, dan berpikiran terbuka, hal ini membuat yang membaca pastinya akan merasa relate dengan hal tersebut dan menganggap kepribadian dirinya keseluruhannya adalah hal tersebut. Hal ini jugalah yang membuat validitas dan reliabilitas dari MBTI masih perlu dipertanyakan. Kesimpulannya apa? MBTI sebenarnya memiliki teori yang jelas tetapi validitas dan reliabilitas dari tes yang beredar masih diragukan. Sampai saat ini belum ada penelitian yang membahas validitas dari reliabilitas asesmen MBTI yang beredar di internet. Selain itu, terdapat penemuan ilmiah yang mengatakan bahwa asesmen kepribadian seperti MBTI menimbulkan barnum effect (Tyson 1982a,b). Kepribadian manusia juga bersifat dinamis yang dimana ada masanya kita akan berubah atau berkembang. Namun, jika Faxtorians ingin melakukan asesmen kepribadian MBTI sebenarnya tidak masalah, terlebih lagi dengan mengetahui MBTI kita, kita dapat memahami diri kita lebih dalam. Hanya saja, dengan mengetahui MBTI kita jangan sampai kita membatasi diri kita dari berkembang dan melabeli diri kita ataupun orang lain. Teman-teman Faxtorians yang ingin melakukan asesmen kepribadian seperti MBTI, ada baiknya juga jika kita melakukan asesmen tersebut ke biro psikologi secara langsung yang bisa dipastikan validitas dan reliabilitas dari alat tes tersebut. Dengan begitu hasilnya bisa lebih akurat dan bahkan teman-teman Faxtorians bisa mendapatkan penjelasan secara langsung dari profesionalnya loh!
|