Dasar Teori Alat Ukur F-EAST
Faxtor Endurance and Speed Test (F-EAST) merupakan alat tes yang ditujukan untuk menggambarkan mengenai sikap kerja individu. F-EAST dirancang untuk mensimulasikan pekerjaan yang monoton, rutin, dan memiliki waktu yang terbatas. Pada tes ini akan didapatkan potensi kapasitas kerja, pengelolaan emosi, ketelitian, serta kemampuan beradaptasi pada tugas yang baru. F-EAST termasuk dalam kategori speed test dimana merupakan tes yang menilai perbedaan individu berdasarkan kecepatan performa peserta tes
(Anastasi, 1976).
F-EAST dikembangkan dengan mengacu pada cara kerja tes Kraepelin dan Pauli. Tes Kraepelin disusun oleh seorang psikiater yang bernama Emile Kraepelin, ia berasal dari Jerman dan merupakan murid dari Wilhelm Wundt. Beliau memiliki minat untuk untuk membuat pengujian klinis pada pasien-pasien psikiatri, menyiapkan serial tes yang panjang untuk mengukur apa yang ia nyatakan sebagai faktor-faktor dasar dalam melakukan karakterisasi individual. Tes yang digunakan berupa simple arithmetic test untuk mengukur practice effect, memory, kelelahan dan distraction. Pada tahun 1889, Oehrn, murid dari Kraepelin pernah menggunakan tes untuk persepsi, memori, asosiasi dan fungsi motorik dalam penelitian tentang keterhubungan fungsi-fungsi psikologis
(Anastasi, 1976). Seiring dengan pengembangan lebih lanjut alat tes ini dikenal dengan nama tes Kraepelin.
Seperti speed test pada umumnya, F-EAST dirancang dengan soal yang mudah untuk diselesaikan. F-EAST terdiri dari 20 kurun waktu dimana masing-masing kurun waktu memiliki 100 item. Aspek-Aspek yang diukur Speed Test yaitu Kapasitas Kerja (Jumlah), Kehati-hatian (Salah), Pengendalian Perasaan (Simpangan), Dorongan Berprestasi (Tinggi) dan Vitalitas dan Perencanaan (Tempat Puncak):
Reliabilitas Alat Ukur F-EAST
Reliabilitas dan validitas F-EAST diujikan melalui riset yang telah dilakukan baik oleh internal Faxtor maupun para peneliti di seluruh Indonesia. Berikut beberapa bukti validitas dan reliabilitas dari F-EAST:
1. Internal Reliability
Pengujian reliabilitas F-EAST dilakukan dengan metode konsistensi internal. Pengujian statistik dari metode konsistensi internal dilakukan dengan menghitung cronbach’s alpha. F-EAST memiliki konsistensi baik dan terbukti mampu memperlihatkan sikap kerja individu. Sebagian besar dari aspek-aspek F-EAST memiliki reliabilitas yang baik yaitu lebih dari >0,70 (Yudiana dkk, 2023).
2. Temporal Reliability
Reliabilitas juga diujikan dengan metode test-retest yang dihitung dengan menggunakan Intraclass Correlation Coefficient (ICC). Berdasarkan raw score, F-EAST memiliki keandalan yang baik pada aspek Jumlah dan Salah karena nilai ICC lebih tinggi dari 0,30 (cukup baik). Sedangkan berdasarkan kategorisasi, FEAST juga memiliki keandalan yang baik pada aspek Jumlah, Salah, dan Simpangan karena nilai ICC juga lebih tinggi dari 0,30 (cukup baik) (Yudiana dkk, 2023).
Validitas Alat Ukur F-EAST
1. Convergent Validity: Korelasi F-EAST, Kraeplin, Pauli
Bukti validitas berdasarkan korelasi dengan variabel lain dilakukan dengan melihat korelasi antara F-EAST dengan tes Kraepelin dan Pauli sebagai uji standar untuk mengukur sikap kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat aspek F-EAST, yaitu: Jumlah , Salah, Simpangan dan Grafik berkorelasi positif dengan Pauli. F-EAST dan Kraepelin juga menunjukkan korelasi yang signifikan pada beberapa aspek yang memiliki konstruk yang sama, yaitu Jumlah F-EAST dengan PANKER Kraepelin, Salah F-EAST dengan TIANKER Kraepelin dan grafik jenis pekerjaan di F-EAST dengan HANKER Kraepelin. Simpangan F-EAST dan JANKER Kraepelin secara teoritis memiliki aspek yang mirip atau identik, meskipun korelasinya tidak signifikan secara statistik. JANKER secara statistik signifikan dengan Tinggi F-EAST, hal ini dapat disebabkan karena cara mendapatkan Tinggi F-EAST sama dengan cara mendapatkan JANKER Kraepelin. Artinya, F-EAST memiliki validitas yang baik, dibuktikan berdasarkan korelasi dengan Kraepelin pada Jumlah, Salah, dan Grafik (Yudiana dkk, 2023).
2. Concurent Validity: Korelasi F-EAST dengan Resiliensi dan Prestasi Mahasiswa
Analisis korelasi antara F-EAST, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dan Resiliensi dilakukan untuk menunjukan sikap kerja individu memiliki hubungan dengan aspek lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa aspek Jumlah F-EAST berkorelasi positif signifikan dengan IPK yang berarti mahasiswa dengan IPK lebih tinggi cenderung memiliki skor lebih tinggi pada aspek Jumlah. Di sisi lain, aspek Salah berkorelasi negatif signifikan dengan IPK, Resilience, Self-efficacy, Realistic Optimism, dan Causal Analysis yang menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki tingkat kesalahan rendah cenderung memiliki IPK yang tinggi, tingkat Resiliensi tinggi (Yudiana dkk, 2023).
Klasifikasi Tes F-EAST
Berdasarkan klasifikasi tes psikologi yang dikeluarkan oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI), F-EAST dapat diklasifikasikan pada Kategori C. Alat ukur pada kategori ini mempersyaratkan penggunanya untuk memiliki pemahaman psikometri, pengetahuan teoritis, dan keahlian praktis melalui pendidikan formal yang terakreditasi
(HIMPSI, 2010; 2018). Klasifikasi ini juga mempertimbangkan alat ukur sejenis, yaitu Kraeplin dan Pauli yang juga diklasifikasikan pada Kategori C.
Penggunaan Alat Ukur F-EAST
Mendapat gambaran potensi kapasitas kerja, pengelolaan emosi, ketelitian, serta kemampuan beradaptasi pada tugas yang baru pada individu dalam bekerja.
Keunggulan Alat Ukur F-EAST
Alat ukur F-EAST dapat menggambarkan hasil dari pekerjaan yang monoton, memiliki waktu yang terbatas dan rutin. Alat ukur F-EAST mengadaptasi cara kerja Tes Pauli dan Kraepelin. Hal ini juga terbukti dengan adanya korelasi dengan aspek yang diukur pada kedua speed test tersebut. Selain itu, Uji coba dan penormaan tdilakukan terhadap 6.101 partisipan dengan kategori norma skor yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi.